Yuli's Blog
Minggu, 08 Agustus 2021
Selasa, 27 Juli 2021
Artikel Refleksi Aksi Nyata Budaya Positif Modul 1.4
Artikel Refleksi Aksi Nyata 1.4
Dalam pemenuhan tugas Pendidikan Guru Penggerak sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 2 tahun 2021 dari SMAS Karya Bakti Kabupaten Cianjur, saya menyusun artikel refleksi aksi nyata terkait Budaya Positif yang sebelumnya sudah disusun mengenai rancangan aksi nyata pada tugas 1.4.a.9. Tentunya dalam artikel ini masih ada kekurangan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan saya kedepannya. Untuk mengidentifikasi artikel tersebut silahkan klik pada text bercetak biru disudut kiri atas "Artikel Refleksi Aksi Nyata 1.4.". Terimakasih semoga bermanfaat .
Senin, 19 Juli 2021
Sabtu, 17 Juli 2021
Anak ku
Rindu, khawatir, sedih, kehilangan semua bercampur pada perasaan dan fikir saat ini. Aulia Shaumi ku...baru saja 4 hari di Pondok pesantren, dan belum bisa kami jenguk untuk 40 hari kedepan. Sayang ku semoga betah disana selama menempuh pendidikan SMP mu, semoga banyak ilmu barokah dan bermanfaat yang kamu dapatkan, semoga perjuangan mu kini menjadi penolongmu kelak di dunia dan akhirat. Tidak ada bekal harta yang bisa kami persembahkan kepada mu, hanya tuntunan dan usaha memuliakan mu yang bisa kami persembahkan sebagai orang tua. Kami menyayangi mu dengan segenap hati.
Jumat, 11 Juni 2021
Selasa, 01 Juni 2021
1.3.a.4.2 Eksplorasi Konsep - Berbagi Tugas Kesimpulan tentang Inkuiri Apresiatif
Eksplorasi Konsep - Berbagi Tugas Kesimpulan tentang Inkuiri Apresiatif (IA)
Informasi utama yang disajikan dalam bacaan dan video yang terdapat pada sub modul 1.3.a.4 pada LMS adalah mengenai mengelola perubahan yang positif pada budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Untuk dapat mewujudkan dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, paradigma yang disebut adalah konsep Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Tahapan dalam IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).
Informasi yang paling dapat membantu dalam peran sebagai guru penggerak kelak adalah langkah-langkah yang disajikan sehingga dapat diikuti dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi kita sebagai guru penggerak, berdasarkan tahapan BAGJA.
Dimana penjabaran tiap tahapnya adalah: tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama. Merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang diinginkan atau diimpikan. Tahap kedua, Ambil Pelajaran. Pada tahapan ini, mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. Tahap ketiga, Gali Mimpi. Pada tahapan ini, dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di sekolah. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas. Tahap ketiga, Jabarkan Rencana. Merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. Tahapan terakhir, Atur Eksekusi. Memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan.
Refleksi Mandiri pada sub modul 1.3.a.4 Eksplorasi konsep-Visi Guru Penggerak
“Pernahkah Anda bermimpi tinggi dan memulai mewujudkannya dari kekuatan pribadi yang Anda miliki?”
Jawaban pertanyaan tersebut serta merta saya jawab pernah. Satu pengalaman yang terlintas saat ini, mengajak flashback ke masa ketika kelas 1 SMP. Impian tinggi yang mungkin menurut sebagian orang lain adalah impian biasa saja tapi saat itu bagi saya seorang pelajar tanpa penghasilan dengan uang saku perhari tak lebih dari harga 2 butir permen masa kini, mimpi memiliki sepasang sepatu sekolah cadangan. Tinggal dipedesaan yang pada masa itu jika musim hujan tiba, jalan gang berbalut tanah merah bisa menambah ketinggian alas sepatu alias kiwing (bahasa sunda), walaupun biasanya kantong plastik beralih fungsi menjadi sarung sepatu tetap saja jika hujan deras kebasahan tak terhindarkan. Maka seringkali berinisiatif mengeringkan sepatu dengan diangin-anginkan diatas api kompor, walhasil sepatu sebelah kiri saya tersambar api kompor bagian atas mata kaki dan terpaksa sepatu rusak sebagian itu harus tetap dipakai karena tidak ada sepatu lain. Ada rasa malu saat memakai sepatu itu dan menyesal tidak hati-hati saat mengeringkan diatas kompor hingga tersambar api. Beruntungnya saat itu saya memilih tetap berangkat sekolah dan memutuskan untuk mengumpulkan uang. Menabung dari uang tips menyetrika dan mencuci baju kakak laki-laki saya yang saat itu sudah bekerja dan menyisihkan sebagian uang jajan, akhirnya dalam beberapa bulan terkumpul dan sepasang sepatu hitam warior pun dimiliki, mengganti sepatu rawing tersengat api kompor itu. Proses tersebut saya pahami sebagai bentuk perwujudan kekuatan pribadi dalam berusaha mengumpulkan uang dengan berhemat dan bekerja keras untuk mewujudkan impian.
Motivasi bertahan dalam segala kondisi dan terus berusaha mewujudkan harapan pun sampai saat ini masih saya tanamkan dalam diri saya walaupun terkadang harapan tak sesuai kenyataan. Alhamdulillah Alloh SWT memberi banyak kesempatan untuk saya bersyukur hingga menikmati segala proses dan berbagai pencapaian positif dalam hidup saya.
-
“Pernahkah Anda bermimpi tinggi dan memulai mewujudkannya dari kekuatan pribadi yang Anda miliki?” Jawaban pertanyaan tersebut serta merta...